1980; Seleksi Asrama
Zavala, dengan Sox nemplok di kepala berambut coklatnya, turun dari kereta dengan wajah bahagia. Sox ada disitu, dan oh please, sepertinya Zavala mabuk darat, jika naik kereta bisa disebut darat. Dengan langkah gontai, Ia melangkah bersama orang-orang yang sepertinya murid baru juga, sama sepertinya. Belum sempat Ia senang, beberapa saat kemudian dia sudah berhadapan dengan danau yang super-duper-mega-giga... OK, tidak seberlebihan itu, tapi... Well, Zavala sepertinya BENCI segala yang berhubungan dengan kendaraan. Teringat kejadian di Hogwarts Express tadi, Zavala masih sedikit malu, karena tertidur di bahu gadis yang bahkan tidak Ia kenal, memeluknya sembarangan pula. Zavala merapatkan jubahnya, menghalangi angin dingin menusuk badan kurusnya. Yak, dan kapal-kapal kecil yang berisi kurang lebih tujuh, atau lebih, orang itu mulai meluncur dengan kecepatan luar biasa. Sihir tentunya. Tak ada manusia yang bisa mengayuh secepat itu, mungkin kecuali orang super besar yang tadi menjemput mereka di stasiun.
Wow. itu yang terlintas di pikiran Zavala saat melihat kastil Hogwarts itu. Supermassive cool. Kastil abad pertengahan yang megah, seperti yang ada di Ensiklopedia milik Ayah di rumah. Zavala suka dengan arsitektur, namun tidak menyangka sekolah barunya akan semirip itu dengan yang ada di buku, tidak seperti sekolah lamanya yang bentuknya kotak. Zavala segera menjejakkan kakinya di daratan saat kapal itu menepi. Bukan karena dia norak, bukan juga karena terkesima. Kepalanya masih pening dan sekarang Ia deg-degan, apa petualangan yang akan menantinya dalam kastil itu?
OK, semua murid yang naik perahu bersamanya ataupun tidak, yang jelas calon murid tahun pertama, bergerombol seperti kawanan sapi siap dipotong. OK, tidak dipotong. Mereka semua berjalan bergerombol dengan berkoar seperti bebek-bebek yang ingin menyebrang jalan. Zavala merinding. Yeah, aura dalam kastil itu 'berbeda' dari dunia muggle yang selama ini ditinggalinya. Well, para 'domba-domba kecil' itu melangkah ke sebuah ruangan supermassive besar, dengan lima meja super panjang. Empat berjejer, dengan murid-murid senior, dan satu di depan tengah, dengan guru-guru yang mengisi tempat duduknya. Sebentar lagi, mungkin Zavala akan jadi salah satu yang duduk di kursi panjang yang berjejeran itu.
Wakil kepala sekolah, yang memperkenalkan diri sebagai Professor McGonagall memberikan instruksi, lalu meletakkan sebuah topi yang... Euh... Kusam, lusuh, jelek dan butut di atas sebuah kursi. Tidak begitu peduli, Zavala malah jelalatan melihat-lihat, adakah wajah yang dikenalnya? Oh, ada gadis-yang-tadi-Ia-peluk-dan-senderi. Bahkan Zavala belum tahu namanya. Sambil mencamkan dalam pikirannya untuk bertanya siapa namanya, tiba-tiba topi itu mulai bernyanyi sumbang.
♪♫♪♫♪♫♪♫
Tak pernah terpikir olehku
Tak sedikitpun ku bayangkan
Kau akan masuk ke dalam asrama mana..
Begitu sulit kubayangkan
Begitu susah ku pikirkan
Kau akan pergi ke mejaaa.. mu sendiri
Penyihir yang sangat berani
Kan kumasukkan
Ke dalam asrama berlambang singa
Sedangkan yang licik
kan kubiarkan masuk ke kandang ular
Inilah para penyihirku pekerja keras
Siap tuk belajar dalam Hufflepuff
Dan untuk yang pintar
Ravenclaw-lah pasti..
Sekali saja ku telah bisa seleksi kamu;kamu;kamu ke asrama
Namun bagiku menyatukanmu butuh usaha seumur hidup…
♪♫♪♫♪♫♪♫
Akhirnya, topi butut lusuh menyedihkan itu selesai bernyanyi. Kata Ayah, topi itu yang akan menyeleksi murid-murid baru itu. Oh, please, topi aneh butut yang bisa berbicara? Keren sih, tapi... Hhhh, sudahlah. Wakil kepala sekolah tadi, yang bernama Professor McGonagall, atau siapalah tadi, mulai memanggil nama para 'domba-domba kecil' itu satu persatu, sampai akhirnya, perlahan, perlahan, dan Zavala pun dipanggil.
"Artois, Zavala Casanova."
OK. Stay cool. Zavala mengatur napasnya, melangkah menuju bangku kecil yang sudah disiapkan. Topi kerucut lusuh itu agak kebesaran di kepalanya, menutupi rambut coklatnya dan sedikit melorot, hampir menutupi matanya. Dia tidak tahu akan dimasukkan kemana. Kandang singa, tempat yang pemberani? Atau liang ular, tempat si licik? Mungkin sarang musang, tempat para romusha, eh bukan. Si pekerja keras? atau Sarang elang, rumah bagi cendekiawan? "Apa saja asal bukan ular. Aku benci ular." pikir Zavala dalam hati.
Labels: 1980, artois, IH, seleksi asrama

