1983; PUZZLE-Riddle
Yeah, say it. LAPAAAAR.
Menyeret tubuh kurusnya keluar dari kelas Sejarah Sihir dengan ekspresi miris, Zavala mengacak belakang kepalanya pelan, menyesali kerajinan berlebihnya yang membawanya masuk ke kelas Sejarah Sihir sore itu—yang sebenarnya selalu dia skip dari tahun ke tahun, sehingga tidak tahu dan sedikit penasaran juga tentang kelas itu. Kelasnya supermembosankan to the extreme. Menahan pelupuk mata untuk terbuka saja sulitnya minta ampun; masih juga disuguhi rangkaian kronologi membosankan dari tahun ketahun dan dunia sihir jaman dulu—waktu sesepuh dan nenek moyang masih berbicara dengan bahasa 'huba-buba' dan memuja api dan bintang-bintang—sampai masa dimana si Grendelin atau siapa tadi namanya dibakar dan tertawa psycho.
Sumpah deh, belajar di kelas itu menghabiskan energi dan membuat lapar.
Setelah berhasil meminta sedikit makanan dari dapur, Zavala memutuskan untuk keluar, menikmati sentuhan musim gugur yang agaknya monoton sambil makan sandwich dan coklat dan jus labu botolan yang dia minta dengan segenap kemelasan yang bisa dipancarkan ke ratusan peri rumah yang malah dengan senang hati dan mata berbinar menyerahkan berbagai makanan yang mereka buat—OH, dunia itu baik, Tuhan itu baik, tapi nasib tidak begitu baik.
Tanpa disadari Zavala, kakinya sepertinya sudah terpaku pada satu koordinat yang sama; danau, LAGI. Tempat dimana dia bertemu sahabat masa kecilnya yang sekarang sudah melanglang-buana entah di dunia mana; tempat para anak-anak Elang berbulu Gagak berkumpul dan ada dinosaurus keluar dari danau; juga tempat biadab yang membuat Zavala tenggelam dan berkutat dengan cumi-cumi raksasa di tengah peralihan musim Gugur ke musim dingin yang membuatnya radang paru-paru parah. Uwoh; rasanya seperti kehidupan Zavala berpusat di tempat itu, entah kenapa.
Tapi sepertinya hari ini ceritanya melankolis.
Menyadari sosok yang terduduk di pinggir danau; rambut oranye yang sama dengan milik yang mencercanya ketika Pesta Akhir Tahun Ajaran yang lalu—ah, orang yang sama, ngomong-ngomong. Oswald. Oswald perempuan. Zavala juga pernah melihat yang laki-laki; begitu mirip, warna rambut mereka dan lain-lain; namun sifat mereka bertolak belakang. Sangat. Yang satu sanguin, yang satu melankolis. Dan tampaknya si melankolis sudah meluncur jatuh sampai ke dasarnya sekarang, melihat keadaan si gadis minim ekspresi itu.
"Disini sepi, kok. Kalau mau menangis, keluarkan saja. Aku temani."
Tertegun sejenak sembari menelan ludah, Zavala serasa ingin menepuk jidatnya sendiri, meloncat ke dasar danau kalau perlu—yeah; baru saja Zavala mengatakan sesuatu tanpa menyadari artinya; sebut dia aneh, meracau tanpa tahu sebab-musabab tampang terlesu si gadis; pucat dan menyedihkan. Kurang makan? Banyak masalah? Tertekan karena banyak tugas? Dan lagi, apa-apaan pula dua kata terakhir itu; tampaknya... Janggal. Entahlah.
Membuka bungkus coklat pertamanya sembari duduk disebelah si gadis, Zavala melempar potekan coklat ke dalam mulut—menunggu diusir dengan histeris oleh si gadis yang tampaknya masih sedikit jengah dan benci padanya karena satu dua masalah kecil yang diciptakan Zavala. Menunduk, Zavala menekuni potongan coklat selanjutnya, masih menunggu reaksi si gadis. Mungkin saja pergi meninggalkannya sendiri disini? Atau malah menampar? Atau menggulingkan ke danau?
Yeah, rite.
Labels: 1983, artois, danau, IH, oswald, puzzle-riddle

